Entri Populer

Minggu, 15 April 2012

TRANSISI KEHIDUPAN JANIN DARI INTRA KE EKSTRA UTERI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus. Maka bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan , sirkulasi dan lain-lain.
Hal ini untuk mengenal / menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera yang berhubungan dengan bayi baru lahir.
Sehingga dengan di buatnya makalah ini kami lebih mengerti secara detail tentang transisi kehidupan janin dari intra ke ekstra uteri.

1.2 Rumusan Masalah
·  Apa proses dari transisi kehidupan janin dari intra ke ekstra uteri
· Sistem-sistem yang di pengaruhi dari transisi kehidupan janin dari intra ke  ekstra uteri.

1.3 Tujuan
· Untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen pembimbing
· Sebagai bahan acuan sebagai seorang calon bidan dalam mengamati transisi kehidupan janin dari intra ke ekstra uteri
· Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendetail.


BAB II
PEMBAHASAN
TRANSISI KEHIDUPAN JANIN DARI INTRA KE EKSTRA UTERI

2.1 Transisi pada sistem Pernapasan

Setelah bayi lahir dan ibu yang sedang tidak dalam pengaruh anestesi, biasanya bayi akan mulai bernafas segera dan mempunyai irama pernapasan yang normal dari semula. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta. Selama masa kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara- alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertama kali sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekwensi napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30–60 kali permenit ( pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekwensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.
2.2 Respirasi Neonatus.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerob. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks deflasi, hering breus, selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp. Respirasi pada masa demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air tropping.


2.3 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal.
Janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan.
Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal
a.    Usia 36-42 minggu.
b.    Berat badan lahir 2500-4000 gr.
c.    Dapat bernafas dengan teratur dan normal.
d.    Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.
Adaptasi fisik Bayi Baru Lahir Normal segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a.      Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b.      Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney, 551-552) Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a.        Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b.        Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transisi kehidupan janin dari intra ke ekstra uteri terjadi pada sistem pernafasan, sistem sirkulasi kemampuan termogulasi, perubahan darah, sistem pencernaan, sistem imunologi, urinari, muskulo, skeletal, syaraf, dan sistem integument, sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus serta beberapa refleksi yang ada pada saat lahir, hanya berlangsung sampai beberapa bulan dan kemudian menghilang.

3.2 Saran
Bidan dapat mengetahui ciri-ciri bayi yang normal supaya dapat mengenal segera perubahan tingkah lakunya dan kemajuan – kemunduran kesehatan bayi, dan membuat catatan serta laporan sehingga dapat melakukan tindakan dan pemeriksaan yang perlu guna menolong bayi baru lahir.








DAFTAR PUSTAKA
http://mygusnet.blogspot.com/2010/07/kehidupan-janin.html
Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. DepKes RI; Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar